oleh Noor Zainab pada 6 Desember 2012 pukul 6:00 ·
Suatu hari, aku sedang berada di kelas 4 sambil menjelaskan materi “Satuan Berat”. Tidak sulit untuk menemukan satuan berat yang telah mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menimbang gula dengan kilogram, sapi dengan ton, beras dengan kuintal, emas dengan gram atau ons, de el el. Nah, sampai pada tahap pengenalan tangga satuan berat. Kan ada 10 anak tangga seperti gambar di bawah ini..

#Percakapan antara murid dan guru pun dimulai.
Ezza : (sambil mengacungkan telunjuknya) Bu, tangga ketiga itu satuannya apa, kok ga ada isinya???
Bu Guru :Tangga ketiga itu isinya Sesuatu.. hehe (*syahrini mode on)
Rizka : Sesuatu itu banyak, bu...
Bu Guru : (sambil memasang muka serius, tersenyum dan setengah berbisik) Tahukah kalian, tangga ketiga ini adalah tangga tak berpenghuni.. (Hening seisi kelas). Mungkin penghuninya sedang jalan-jalan ke Arab Saudi dan tak pernah kembali lagi..
Nazwa : Penghuninya sedang jalan-jalan di pasar martapura, bu.. terus tersesat di dalam pasar..
Maulida : Penghuninya sudah meninggal bu...
Rayhan : Terus bu, kalau nanti kita menghitung naik atau turun tangga, tangga ketiga yang kosong itu dihitung ga, bu???
Bu Guru : Tetap dihitung. Coba aja, ketika kalian turun tangga yang kesemua tangganya itu ada penjaganya, kecuali tangga ketiga. Apakah kalian akan langsung meloncat dari tangga kedua ke tangga ke empat seperti ini... (sambil meloncat di depan kelas).. Ngga kan?
Murid-murid : Ggrgrgrgrgrgrgrgr.... (Riuh seisi kelas melihat gurunya meloncat)
Bu Guru : Atau bisa juga kalian ibaratkan tangga ini dengan peraih ranking kelas.. Jadi, ton itu ranking satu, kuintal ranking dua.. Ranking tiganya ada.... cuma ga hadir pas pembagian rapor. Bisa saja kan terjadi seperti itu?
Ezza : Tapi bu, Intan ada bu...
Bu Guru : (ngga ngerti) Emangnya kenapa dengan Intan?
Ezza : Intan kan ranking tiga, tuh dia ada di bangkunya..
Bu Guru : hehehe..
Putri : Za, bukannya kamu yang ranking tiga semester tadi??? Intan kan ranking dua..
Ezza : (terpana menatap seisi kelas, nampak pipinya yang bersemu kemerahan) O iya ya... lupppa (Ezza kehabisan kata-kata sambil tersenyum malu)
Bu Guru : Baik anak-anak, sudah paham tentang tangga satuan berat ini?
Murid-murid : Paham, buuu..
Bu Guru : Bagus.. Bagi yang sudah paham, silakan catat.. Bagi yang merasa belum paham, silakan bertanya sekarang... (sambil menunggu pertanyaan, bu Guru memandang seisi kelas). Emmm, tunggu dulu, Ezza mana ya??? Kok ngga’ ada di bangkunya?
Ezza : (sembunyi di bawah meja, sambil mengacungkan tangannya) Saya sedang ngga ada di tempat bu... Kan tangga punyanya ranking tiga lagi ngga’ ada penghuninya
Bu Guru : (mencari sumber suara) #$&*(()(&^%%$.... Ya Allah, Ezzaaa... ada-ada saja...
Ggkgkgkgkgkgkgk (Ramai lagi kelasku dengan gelak tawa)
(dalam hati aku membenarkan) Pantas saja banyak orang bilang guru SD itu awet muda.. Andai wajah tak muda lagi, tapi jiwanya tetap muda.. Seperti jiwa anak-anak itu..
Ini ceritaku.. Apa ceritamu...
Suatu hari, aku sedang berada di kelas 4 sambil menjelaskan materi “Satuan Berat”. Tidak sulit untuk menemukan satuan berat yang telah mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menimbang gula dengan kilogram, sapi dengan ton, beras dengan kuintal, emas dengan gram atau ons, de el el. Nah, sampai pada tahap pengenalan tangga satuan berat. Kan ada 10 anak tangga seperti gambar di bawah ini..

#Percakapan antara murid dan guru pun dimulai.
Ezza : (sambil mengacungkan telunjuknya) Bu, tangga ketiga itu satuannya apa, kok ga ada isinya???
Bu Guru :Tangga ketiga itu isinya Sesuatu.. hehe (*syahrini mode on)
Rizka : Sesuatu itu banyak, bu...
Bu Guru : (sambil memasang muka serius, tersenyum dan setengah berbisik) Tahukah kalian, tangga ketiga ini adalah tangga tak berpenghuni.. (Hening seisi kelas). Mungkin penghuninya sedang jalan-jalan ke Arab Saudi dan tak pernah kembali lagi..
Nazwa : Penghuninya sedang jalan-jalan di pasar martapura, bu.. terus tersesat di dalam pasar..
Maulida : Penghuninya sudah meninggal bu...
Rayhan : Terus bu, kalau nanti kita menghitung naik atau turun tangga, tangga ketiga yang kosong itu dihitung ga, bu???
Bu Guru : Tetap dihitung. Coba aja, ketika kalian turun tangga yang kesemua tangganya itu ada penjaganya, kecuali tangga ketiga. Apakah kalian akan langsung meloncat dari tangga kedua ke tangga ke empat seperti ini... (sambil meloncat di depan kelas).. Ngga kan?
Murid-murid : Ggrgrgrgrgrgrgrgr.... (Riuh seisi kelas melihat gurunya meloncat)
Bu Guru : Atau bisa juga kalian ibaratkan tangga ini dengan peraih ranking kelas.. Jadi, ton itu ranking satu, kuintal ranking dua.. Ranking tiganya ada.... cuma ga hadir pas pembagian rapor. Bisa saja kan terjadi seperti itu?
Ezza : Tapi bu, Intan ada bu...
Bu Guru : (ngga ngerti) Emangnya kenapa dengan Intan?
Ezza : Intan kan ranking tiga, tuh dia ada di bangkunya..
Bu Guru : hehehe..
Putri : Za, bukannya kamu yang ranking tiga semester tadi??? Intan kan ranking dua..
Ezza : (terpana menatap seisi kelas, nampak pipinya yang bersemu kemerahan) O iya ya... lupppa (Ezza kehabisan kata-kata sambil tersenyum malu)
Bu Guru : Baik anak-anak, sudah paham tentang tangga satuan berat ini?
Murid-murid : Paham, buuu..
Bu Guru : Bagus.. Bagi yang sudah paham, silakan catat.. Bagi yang merasa belum paham, silakan bertanya sekarang... (sambil menunggu pertanyaan, bu Guru memandang seisi kelas). Emmm, tunggu dulu, Ezza mana ya??? Kok ngga’ ada di bangkunya?
Ezza : (sembunyi di bawah meja, sambil mengacungkan tangannya) Saya sedang ngga ada di tempat bu... Kan tangga punyanya ranking tiga lagi ngga’ ada penghuninya
Bu Guru : (mencari sumber suara) #$&*(()(&^%%$.... Ya Allah, Ezzaaa... ada-ada saja...
Ggkgkgkgkgkgkgk (Ramai lagi kelasku dengan gelak tawa)
(dalam hati aku membenarkan) Pantas saja banyak orang bilang guru SD itu awet muda.. Andai wajah tak muda lagi, tapi jiwanya tetap muda.. Seperti jiwa anak-anak itu..
Ini ceritaku.. Apa ceritamu...
Artikel Terkait:
matematika
satuan berat
tangga
0 komentar:
Posting Komentar