oleh Noor Zainab pada 24 September 2012 pukul 21:19 ·
Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Kaki tergetar menempa kering rerumputan
perjalanan inipun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia ku tanya mengapa
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut, kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali disana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
#sekitar pukul 06.30, kabut pekat pagi tadi di sepanjang daerah Gambut hingga perbatasan Banjarbaru.. saya dengan perlatan lengkap bak kura2 ninja merasakan tangan yang menggigil kedinginan, padahal kaos tangan saya sudah tebal.. sambil berkendaraan, saya hanya dapat melihat teman beriringan pada jarak pandang 2 meter.. selebihnya hanya kabut asap, bahkan pada daerah paling parah kabutnya, lampu yg menyala lenyap di telan asap.. ngeri rasanya kalau hanya sendirian, dalam keterbatasan pandangan seperti keadaan tadi pagi lebih baik berkendaraan beriringan.. laju kendaraan otomatis dikurangi, akibatnya waktu berjalan semakin panjang menuju tujuan.. biar lambat asal selamat, adalah istilah yg harus saya pegang dalam selimut kabut asap.
Artikel Terkait:
Berita Kepada Kawan
Ebiet G Ade
0 komentar:
Posting Komentar