Ini tentang sahabat ku, sebut saja namanya Ayu. Wajahnya seindah namanya, ayu, cantik, anggun, cantik, atau apalah namanya. Memandangnya sungguh tak bosan. Apalagi Ia berpendidikan dan cerdas. Seharusnya, untuk perempuannya seperti dia, tidak susah mencari pendamping hidup dan segera menikah. Tapi kenyataannya, hingga kini ayu belum juga menikah. Jomblo tulen! Bukan karena tak laku, banyak yang mendekati, mengajaknya pacaran, mentah-mentah ia tolak. Tidak ada istilah pacaran dalam hidupnya. Dia hanya ingin menikah, bukan pacaran.
“Aku menikahnya dengannya?”
Tentu saja aku mau, tapi apakah Ayu mau? Lagian kami sudah sangat dekat bersahabat. Tidak ingin rasanya merusak persahabatan yang sudah lama terbina. Tapi, siapa yang tahu masa depan, lihat saja nanti.
Waktu itu, di hari Sabtu, aku mengajak Ayu ke kota tua. Maklum, sudah lima tahun aku di Bogor, tapi belum pernah sekalipun berkunjung kesana. Sengaja ku ajak Ayu kesana, selain sebagai guide, juga sambil melepas kangen yang rasanya sudah sampai di ubun-ubun. Setahun aku di pedalaman Kalimantan tak bersua dengannya.
Di stasiun Bogor, kami jalan berdampingan namun berjarak. Walau sahabat, kami tetap bukan muhrim. Kami sangat menjaga interaksi. Apalagi jilbabnya besar. Islam banget deh!!
Tiba-tiba, seorang perempuan sebaya kami mendekat.
“Eh Ayu.. Assalamu’alaikum.. apa kabar?” katanya.
“Wa’alaikumsalam.. Alhamdulillah saya baik..” jawab Ayu, “Subhanallah sudah lama nggak ketemu ya..”
Mereka cipika-cipiki, aku diam saja. Bengong.
“Wah, udah isi ya?” tanya wanita yang tak ku kenal sambil menunjuk perut Ayu.
Ayu nyengir, aku hampir tertawa terpingkal-pingkal, tapi ku tahan. Memilih memalingkan wajah ke arah lain.
“Isi makanan? Saya belum menikah.. doakan ya agar segera..”
“Amin..”
Di kereta, tak henti-hentinya pertanyaan “Sudah isi belum?” menjadi topik pembicaraan ku dan Ayu. Aku tertawa, tapi tetap tak bisa lepas. Banyak penumpang. Ayu juga demikian, tertawa-tawa saja.
Kejadian yang mirip terjadi kemarin, ya kemarin! Senin, 6 Mei 2013. Aku dan Ayu ketemuan karena suatu hal. Setelah urusan beres, kami hendak pulang, naik angkot. Kami duduk terpisah, aku di sisi kanan, Ayu di sisi kiri.
Tiba-tiba, seorang perempuan sebaya kami naik juga. Duduk di sebelahku. Eh tiba-tiba dia menepuk paha Ayu, “Hei, Ayu apa kabar?”
“Baik Alhamdulillah..”
“Sudah isi belum?” katanya sambil menunjuk perut Ayu.
Ayu menjawab dengan jawaban yang sama seperti dulu, “Isi makanan? Saya belum menikah.. Doakan agar segera ya..”
“Amin..”
Begitulah, menikah itu memang rahasia Allah. Kita hanya wajib berusaha saja. Ada orang yang ingin sekali menyegerakan, ikhtiar kemana-mana, tapi kalau Allah bilang “Belum!”, ya belum lah yang akan terjadi. Ada juga sebaliknya, mati-matian ia menghindar dari pernikahan, sekalipun ia buat tembok tinggi menghalangi, tapi jika Allah bilang “Sekarang!” maka dia pun pasti akan menikah segera.
Satu lagi, urusan menikah, tidak sama seperti lomba lari. Tentu saja! Kalau lomba lari, yang kuat pasti menang. Tapi menikah, belum tentu yang cantik akan cepat jodohnya! Jika lomba lari, yang duluan yang menang. Tapi dalam menikah, yang duluan bukanlah pemenang, sedangkan yang belakangan tidak bisa juga kita sebut sebagai pecundang.
“Jangan tanyakan kapan aku akan menikah, tapi tolong tanyakan kepada Allah, kapan Ia akan mengirimkan jodoh kepadaku!”
=======================
disadur dari artikel yang ditulis oleh Syaiful Hadi dalam blognyahttp://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/05/07/pernikahan-bukan-perlombaan-557661.html
Artikel Terkait:
jodoh
nikah
perlombaan
2 komentar:
Se7. Kalo jodoh udah sampai siapa yg dpt menolak? Spt sy dahulu 10 thn lalu, hny lepas 3 bln lulus SMU ada yg melamar, tak kenal, tanpa pcrn.
Iya bu... sudah sampai suratNya... ga mungkin ditolak... tapi bila suratNya belum sampai juga ga bisa dipercepat, he
Posting Komentar